Hasil dari rapat virtual yang di lakukan oleh PSSI dengan perwakilan para kontestan Liga 1, Liga 2, asosiasi pemain dan pelatih, menghasilkan beberapa usulan. Salah satunya ialah dengan melanjutkan Liga 1 pada bulan September 2020.
Bukan tanpa sebab, alasannya karena adanya Piala Dunia U-20 yang akan diadakan di Indonesia pada tahun depan, yang menjadikan Liga 1 nanti diharapkan akan menjadi ajang pemanasan bagi para pemain timnas nantinya.
Mereka juga mengusulkan para pemain timnas Indonesia U-19 harus dimasukkan ke dalam tim yang berlaga di Liga 1 dan Liga 2 untuk mengasah penampilan serta kemampuan mereka di kompetisi yang resmi.
Usulan lainnya dari PSSI terkait Liga 1 2020 adalah dihilangkannya sistem degradasi dan juga promosi dua klub dari Liga 2 ke Liga 1. Selain itu, seluruh pertandingan nantinya akan dipusatkan di Pulau Jawa. Seluruh klub nantinya juga akan mendapatkan subsidi sebesar Rp800 Juta.
Anggota komite eksekutif (exco) PSSI Hasani Abdulgani, mengatakan wacana untuk meniadakan degradasi pada Liga 1 musim ini akan melanggar statuta.
Sebelumnya juga ada opsi penghapusan sistem degradasi dari 18 klub yang berlaga di Liga 1. Akan tetapi, nantinya bakalan ada 2 tim promosi dari Liga 2, yang menyebabkan Liga 1 musim depan akan bertambah menjadi 20 klub.
"Dalam statuta ada hak suara dari delegasi di mana Liga 1 diwakili 18 klub, Liga 2 16 klub. Kalau diubah, berarti harus mengubah pasal tersebut. Kalau diubah harus ada kongres. Apa kita harus kongres dulu? Jadi banyak yang tidak paham mengenai opsi itu" ujar Hasani.
Dalam hal ini menjadi sebuah perdebatan di berbagai kalangan baik pelaku maupun penikmat dari sepak bola. Lantas siapa saja yang membuka suara akan hal ini? Yuk kita simak.
- Otavio Dutra
"Saya tidak mau berbicara banyak soal peraturan itu (tanpa degradasi), yang terpenting bagi saya kompetisi kembali lagi," ujar Dutra.
"Ketika saya membaca berita dan ada kabar soal kompetisi akan kembali digelar, saya sangat senang karena itu sangat penting untuk pemain. Pasti semua pemain sudah sangat rindu untuk bermain dan berlatih bersama rekan satu tim" katanya menambahkan.
- Silvio Escobar
"Saya tidak bisa menjawab soal masalah degradasi tersebut. Tapi mungkin itu pilihan dari PSSI dan menurut mereka yang terbaik. Kita sebagai pemain hanya bisa mengikuti saja," kata Escobar.
"Yang jelas saya senang kompetisi kembali dilanjutkan. Jujur dari saya pribadi, sangat senang ketika mendengar kabar bahwa Liga 1 akan kembali dilanjutkan." Escobar menambahkan.
- Aryn Williams
Gelandang asing dari tim Persebaya Surabaya, Aryn Williams, menilai kompetisi tanpa degradasi tetaplah bergengsi. Sebab, ada perebutan gelar juara yang akan membuat persaingan tetap sengit seperti pada biasanya.
"Semua tim ingin menjadi juara, sehingga masih akan menjadi kompetisi yang sulit untuk perebutan gelar" kata Aryn Williams.
- Eky Taufik
Menanggapi wacana tanpa adanya degradasi, Eky Taufik menilai jika kompetisi kasta teratas yang sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Tanpa degradasi pun menurut saya persaingan akan tetap ketat, kami di lapanganpun pasti akan ngotot saat pertandingan," kata Eky Taufik.
Menurutnya, para pemain jika sudah memasuki lapangan pasti ada rasa keinginan untuk menujukkan kemampuan terbaiknya bersama tim.
"Karena tidak mungkin saat pertandingan kami akan memikirkan gak ada degradasi," ucap pemain asal Sragen, Jawa Tengah itu.
- Ruben Sanadi
Bek dari Bhayangkara FC, Ruben Sanadi, tidak sepakat dengan adanya rencana penghapusan degradasi untuk Liga 1 musim ini. Menurut Ruben, hal itu membuat kompetisi menjadi tidak berjalan seru.
"Tidak ada degradasi tentu kurang seru. Jadi, tim-tim tak ada motivasi. Menurut saya, itu harus tetap ada. Akan tetapi, semua keputusan kembali lagi ke PSSI," tegas Ruben Sanadi kepada wartawan.
"Kalau ada 20 tim jadwal lumayan juga lebih padat lagi. Harusnya tidak ada promosi juga dari Liga 2 biar adil." ucap pemain berusia 33 tahun itu.
- Fandi Eko Utomo
Salah satu yang kurang mendukung dengan wacana tersebut adalah Fandi Eko Utomo. Gelandang dari PSIS Semarang itu menilai kompetisi tanpa adanya degradasi itu kurang greget karena dinilai tidak terlalu kompetitif.
"Kalau menurut saya sih kurang gereget," kata Fandi Eko Utomo.
"Karena tidak ada persaingan yang buat kompetisi berjalan lebih seru dengan drama-drama yang ada di sepakbola biasanya." sambungnya.
- Dejan Antonic
Kali ini menpadat tanggapan dari pelatih PSS Sleman, Dejan Antonic. Pelatih asal Serbia itu menyebut skema itu justru berbahaya, termasuk bagi sepak bola di Indonesia.
"Tanpa degradasi itu saya pikir bahaya. Sebagai profresional dan orang lama di sepak bola, tentu kita tidak bisa mendapat result yang bagus," kata Dejan.
Kemudian selain dari faktor result, pelatih berusia 51 tahun itu juga menilai tidak adanya degradasi mengurangi tantangan dalam berkompetisi. Menurutnya, tantangan dan fighting spirit bakal berpengaruh jika aturan itu dijalankan.
- Robert Rene Alberts
Pelatih Maung Bandung, Robert Rene Alberts memastikan dirinya tidak sepakat dengan rencana PSSI untuk meniadakan sistem degradasi. Termasuk dengan pertandingan dipusatkan di Pulau Jawa jika Liga 1 kembali dilanjutkan.
"Saya pikir degradasi merupakan hal yang sangat penting bagi klub, agar mereka tetap memperjuangan sesuatu. Selain (berusaha) menjadi tim pemuncak klasemen, ada tim juga yang menghindari jatuh ke dasar klasemen," kata Robert.
Selain dari pada itu, kata Robert Rene Alberts, dengan ketiadaan sistem degradasi ini akan berdampak besar bagi klub Liga 2. PSSI hanya akan mengambil dua tim dari sebelumnya tiga dari Liga 2, sehingga Liga 1 musim 2021 akan diikuti 20 klub.
"Jadi penting untuk tim-tim yang berada di Liga 2. Harus ada sesuatu yang memacu mereka untuk berjuang ke Liga 1." tegasnya.
Jadi bagaimana menurutmu sob? Apakah setuju atau tidak?
Jika kamu ada saran dan kritik, silahkan kirimkan melalui infonobarpersija@gmail.com
Tags
INFONOBARPERSIJA